Selasa, 10 Mei 2016

KAJIAN AHAD PAGI DARUS SUNNAH OLEH UST. ABU HASANUDIN

Report By LFM 2016
Gb.1 Ust. Abu ditemani oleh Ust. Malik
Ust. Abu Hasanudin Al-Hafidz merupakan direktur Yayasan Tahfidzul Quran Ibnu Katsir Jember. Sebuah yayasan yang bergerak untuk mencetak para generasi penghafal Quran. Para santrinya yang sering disebut mahasantri selain menghafal Al-Quran juga mendapat fasilitas beasiswa penuh untuk menempuh pendidikan S1 di IAIN Jember. Yayasan ini telah mendapat dukungan berbagai pihak baik perorangan maupun lembaga. Bahkan lembaga sebesar PUSLIT KOKA Jember mendukung penuh program Yayasan Ibnu Katsir ini. Sebagai wujud nyata atas dukungan ini adalah terselenggaranya program rutin Majelis Dhuha.

Memang tidak mudah menghadirkan pembicara sekelas Ust. Abu Hasanudin. Jadwal harian yang padat membuat beliau berulang kali menunda kesempatan untuk mengisi kajian di Masjid Darus Sunnah SMPIT Ibnu Sina Wuluhan. Dan Alhamdulillah pada ahad lalu (8/5) beliau bisa menyempatkan diri berkunjung ke Darus Sunnah.

Kegiatan kajian ahad pagi sendiri diadakan setiap bulan sebagai agenda rutin yang diselenggarakan Yayasan Darus Sunnah. Sejak pukul 06.50 pagi, para jamaah telah berkumpul di dalam masjid Darus Sunnah untuk menunggu kehadiran beliau (Ust. Abu). Menurut informasi beliau masih berada dalam perjalanan. Dan akhirnya sekitar pukul tujuh lebih beliau baru bisa sampai di kompleks SMPIT Ibnu Sina.

Segera pembawa acara memulai pembukaan jalannya acara. Kemudian salah satu siswa SMPITIS Muh. Reihan Abadi membacakan hafalan Surat Al-Hasr dalam juz 28. Setelah itu mulailah Kajian inti oleh Ust. Abu Hasanudin Al-Hafidz.

Dalam kajian tersebut Ust. Abu membahas tentang Al-Quran sebagai pegangan utama umat muslim. Beliau mengingatkan seharusnya tidak ada muslim yang tidak hebat jika ia telah berpegang pada niai-nilai Al-Quran. Seorang muslim yang mendengar, membaca, bahkan mengimplementasikan Al-Quran tidak akan menjalani kehidupan yang biasa-biasa saja. Jika faktanya banyak muslim biasa-biasa saja hidupnya, berarti ia tidak sepenuhnya memegang Quran sebagai petunjuk hidup.

Gb.2 Ust Abu sedang memberi tausiyah di Masjid Darus Sunnah
Kebahagiaan yang diidamkan muslim sebenarnya bisa diperoleh asalkan ia tahu bagaimana caranya meminta kepada Allah azza wa jalla. Namun kebanyakan muslim hanya meminta bagian-bagian kecil dari aspek kebahagiaan itu. Kalimat “subhanallah” yang ringan ternyata bila diresapi mampu menghadirkan aspek kebahagiaan hidup secara penuh. Sepaket kebahagiaan menurut istilah Ust. Abu. Itulah mengapa kalimat “subhanalladi” menjadi kata pembuka dalam surat Al-Isro’ yang sering dibaca pada peringatan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW.  

Isro’ Mi’roj menjadi peristiwa besar di luar kewajaran. Pelipur lara Rosul SAW saat ditinggal wafat oleh 2 orang yang amat Beliau SAW cintai yaitu Khadijah dan Abu Thalib. Dan yang paling penting peristiwa ini menjadi sejarah yang menghadirkan syariat wajib yang harus dijalankan setiap muslim, yaitu Sholat 5 waktu. Hadiah Allah SWT bagi Rosul SAW dan umatnya agar mampu hidup dengan kualitas lebih. Dan sudah sepantasnya bila shalat dijadikan sebagai suatu kebutuhan, bukan sekedar penggugur kewajiban. Karena melalui shalatlah sendi-sendi agama seorang muslim itu kokoh.

Para jamaah tampak menikmati bahasan kajian kali ini. Terlebih Ust. Abu pandai memancing perhatian para jamaah dengan sentilan-sentilan humor khasnya. Mungkin yang paling banyak diingat oleh para jamaah adalah bagaimana cara beliau mengajarkan ayat awal surat Al-Isro’. Beliau mempraktikkan gerakan dan bacaan ayat secara bersamaan kemudian ditirukan oleh para jamaah. “Subbhaanalladi..... Asyroo.....bi’abbdihii....lailaa...”. Haha...penulis sempat tertawa-tawa mengingat ini. Subbhanalladi (menangkupkan tangan ke dada), Asroo...(membuat gerakan aliran air), bi’abbdihi...(menepuk dada), dan laila...(membuat gerakan tangan menyerupai tidur). Unik, cara yang beliau sebut menghafal dengan cara otak kanan. Bahkan cara menghafal ini bisa dibolak-balik dari awal kata maupun dari akhir kata.

Beliau Ust. Abu akhirnya menutup kajian ahad pagi di masjid Darus Sunnah. Waktu yang singkat memang. Semoga di lain kesempatan beliau bisa menyempatkan waktu lebih banyak sehingga bisa membagi ilmu dengan para jamaah masjid Darus Sunnah. Amin.  

0 komentar: